
- SINKRONISASI DATA SD DAN SMP
- Ayo Ikuti KIHAJAR 2020 !!!!
- Pelatihan TIK Kabupaten Kapuas Hulu
- Bimtek Proktor/Teknisi/Helpdsek Ujian Nasioal Berbasis Komputer
- Kuis KiHajar Tingkat Provinsi Kalimantan Barat
- Ayo Ikuti Kuis Ki Hajar Tahun 2019 !!!
- Pelatihan Teknis Operator Penerima Peserta Didik Baru (PPDB) )Online Tahun 2019
- Rakor Teknis PPDB Online Tahun 2019
- Posko Helpdesk UNBK Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
- RAKOR TEKNIS PROKTOR DAN TEKNISI UNBK TAHUN 2019
Apakah dia mengalami Depresi? Cek Bicaranya
Berita Terkait
Berita Populer
- Posko Helpdesk UNBK Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019
- Bimtek Proktor/Teknisi/Helpdsek Ujian Nasioal Berbasis Komputer
- Pelatihan Proktor/Teknisi Implementasi Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK)
- 7 Efek Buruk dari Konsumsi Obat Tidur
- Pelatihan Proktor dan Teknisi UNBK 2018/2019
- Cara Membuat Video Animasi 3D di Android
- Penulisan Buku Muatan Lokal Kalimantan Barat 2018
- RAKOR SOSIALISASI KEBIJAKAN UN 2019
- Cara Membuat Stiker di Whatsapp
- Pelatihan Teknis Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Online

Jakarta, Beberapa orang pandai menyembunyikan perasaan, dari luar tampak baik-baik saja meski hatinya menangis tercabik-cabik. Para ilmuwan baru-baru ini berhasil menentukan dengan tepat tingkat keparahan depresi berdasarkan cara berbicara.
Dalam penelitian yang diklaim sebagai yang terbesar di dunia tersebut, para ilmuwan menemukan bahwa cara berbicara susah dipalsukan ketika seseorang sedang depresi. Perubahan cara bicara itu bisa dipakai untuk mengukur tingkat keparahan depresi yang dialami.
Adam Vogel, kepala Speech Neuroscience Unit di University of Melbourne mengatakan bahwa cara berbicara adalah penanda kesehatan otak yang sangat kuat. Berbagai perubahan yang terjadi pada cara berbicara bisa menunjukkan seberapa bagus otak bekerja.
"Cara berbicara orang yang sedang depresi berubah dan dipengaruhi oleh terapi yang diberikan, menjadi lebih cepat dengan jeda yang lebih pendek," kata Vogel dalam laporannya di jurnal Biological Psychiatry seperti dikutip dari Medindia, Selasa (21/8/2012).
Dalam penelitian tersebut, Vogel melakukan pengamatan terhadap 105 pasien yang sedang menjalani terapi untuk menyembuhkan depresi. Beberapa hal yang diamati antara lain waktu, nada dan intonasi bicara yang kemudian dibandingkan dengan hasil pemeriksaan psikologis.
Para pasien diminta melakukan panggilan telepon ke sebuah mesin penjawab otomatis. Ada yang diminta berbicara apa saja, mengungkapkan perasaan dan sebagian hanya diminta untuk membaca teks supaya tidak perlu repot-reopot memikirkan mau bicara tentang apa.
"Temuan ini memungkinkan para psikolog jadi lebih fleksibel dalam memeriksa pasien dari jarak jauh, hanya dengan mendengarkan pola dan cara berbicara meski dari lokasi yang sangat jauh atau di kampung-kampung," kata James Mundt dari Centre for Psychological Consultation di Wisconsin.
